CNTA RASUL
mengkaji
kehidupan Rasul mulia di semua sisi kehidupannya itu, tampak sekali
bahwa beliau menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai landasannya.
Tulusnya cinta dan besarnya kasih sayang beliau, tercurah kepada siapa
pun yang menjalin relasi dengannya. Lebih dari itu, manusia agung ini
kerap menunjukkan kasih sayang terhadap orang-orang yang memusuhi serta
menzaliminya. Malahan, di balik ketegasan memberikan “hukuman” terhadap
musuh-musuh Islam, acapkali beliau pun memperlihatkan kasih sayangnya
terhadap mereka. Hal ini antara lain tampak dari kemauan Sang Nabi untuk
mengampuni bahkan mengangkat derajat mereka.
Mengingat begitu
tulusnya cinta atau kasih sayang yang mendasari setiap pergaulan Nabi,
termasuk kemampuannya menghadapi beragam persoalan melalui pendekatan
perasaan tertinggi kemanusiaan ini, maka dapat dikatakan bahwa beliau
telah menerapkan “manajemen cinta”.
Banyak sekali para pakar yang
mendefinisikan pengertian “manajemen” (management). Namun dalam
pengertian sederhana, “manajemen” dapat dipahami sebagai “seni
melaksanakan dan mengatur”.
Kemudian, “cinta”. Secara psikologis,
cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang. Dalam konteks filosofi, ada
yang berpendapat bahwa cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua
kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta
adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek
lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih
sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau
melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Erich Fromm, seorang
psikolog Jerman yang konon dikenal ahli dalam masalah cinta
menjelaskan, bahwa kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan
untuk mengatasi keterpisahannya dan meninggalkan penjara kesendiriannya.
Kegagalan untuk mengatasi keterpisahan ini yang akan menyebabkan
gangguan kejiwaan. Fromm mengungkapkan idenya mengenai cinta sebagai
jawaban dari masalah tersebut.
Karena “cinta” yang dimaksud adalah
cinta yang islami, tentunya pemahaman dari pengertian “cinta” ini juga
harus berdasarkan nilai-nilai Islam. Inilah pemahaman cinta yang lebih
luas, mendalam, serta bersifat hakiki.
Ketika mengkaji kehidupan
Rasul mulia di semua sisi kehidupannya itu, tampak sekali bahwa beliau
menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai landasannya. Tulusnya cinta
dan besarnya kasih sayang beliau, tercurah kepada siapa pun yang
menjalin relasi dengannya. Lebih dari itu, manusia agung ini kerap
menunjukkan kasih sayang terhadap orang-orang yang memusuhi serta
menzaliminya. Malahan, di balik ketegasan memberikan “hukuman” terhadap
musuh-musuh Islam, acapkali beliau pun memperlihatkan kasih sayangnya
terhadap mereka. Hal ini antara lain tampak dari kemauan Sang Nabi untuk
mengampuni bahkan mengangkat derajat mereka.
Mengingat begitu
tulusnya cinta atau kasih sayang yang mendasari setiap pergaulan Nabi,
termasuk kemampuannya menghadapi beragam persoalan melalui pendekatan
perasaan tertinggi kemanusiaan ini, maka dapat dikatakan bahwa beliau
telah menerapkan “manajemen cinta”.
Banyak sekali para pakar yang
mendefinisikan pengertian “manajemen” (management). Namun dalam
pengertian sederhana, “manajemen” dapat dipahami sebagai “seni
melaksanakan dan mengatur”.
Kemudian, “cinta”. Secara psikologis,
cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang. Dalam konteks filosofi, ada
yang berpendapat bahwa cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua
kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta
adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek
lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih
sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau
melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Erich Fromm, seorang
psikolog Jerman yang konon dikenal ahli dalam masalah cinta
menjelaskan, bahwa kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan
untuk mengatasi keterpisahannya dan meninggalkan penjara kesendiriannya.
Kegagalan untuk mengatasi keterpisahan ini yang akan menyebabkan
gangguan kejiwaan. Fromm mengungkapkan idenya mengenai cinta sebagai
jawaban dari masalah tersebut.
Karena “cinta” yang dimaksud adalah
cinta yang islami, tentunya pemahaman dari pengertian “cinta” ini juga
harus berdasarkan nilai-nilai Islam. Inilah pemahaman cinta yang lebih
luas, mendalam, serta bersifat hakiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar